pandalolaaa

Rumah, Tempat Berbagi dan Arsip Digital

Jumat, 30 Desember 2016

PENGHUJUNG DESEMBER

Tidak ada komentar
Ujung Desember datang lagi
Ini yang kedua kali
Barakallah Fii Umrik
Hanya do'a yang ku beri
Mudah-mudahan tak tertampik
Selalu sehat, luas rejeki

Ujung Desember datang lagi
Ini ke empat kali
Selamat mengulang kembali
Do'a-do'a  terbaik kusaji
Kapan kau disini ?
Bahagia sampai pagi
Tawa sampai mati
Remi-remi
Lukisan di dahi
Kami semua menanti

Ujung Desember datang lagi
Aku bosan, Muak, Benci
Ini yang ke enam kali
Dulu kau membuang diri
Pergi tanpa empati
Menuju Januari bahkan Februari
Pergi saja pergi
Maret ada dihati

*

Ujung Desember tahun ini
Selamat datang dede Zizi
Hadiah dari Rabbi
Untuk keluarga besar kami

------

Puisi ini ku tulis untuk orang-orang  disekitarku, yang ada di penghujung Desember.

Jakarta Timur, 29 Desember 2016

Senin, 19 Desember 2016

Pertempuran Kosong

Tidak ada komentar
Sudah lama aku berperang
berjuang menang entah untuk siapa 
Markas Besar lenyap dimakan waktu
diserang oleh ratusan pleteon-peleton kilometer

Sudah lama aku bertempur
berjuang menang entah untuk siapa
Markas barupun ikut hancur
diambil oleh serdadu-serdadu kuat

Kali ini aku berperang lagi
Bertempur hebat entah untuk siapa
tanah yang ku injak mulai reta
menelanku perlahan-lahan

Mungkin aku berjuang di medan yang salah
berjuang dipertempuran yang tak kuinginkan
Berjuang di Pertempuran Kosong


Kamis, 12 Mei 2016

Mutiara Oh Mutiara

Tidak ada komentar

Entah harus dimulai dari mana
dalamnya lautan tak ada yang bisa menebak.

-----

Engkau sinar kecil dari kejauhan
kemudian tampak menjadi sebutir mutiara
eloknya kilaumu, menggoda setiap insan
tak urung akupun jua

Tapi ini bukan tentang kilau yg kau pancarkan
bukan tentang jenismu yang akoya, tahiti ataupun yg lainya
Bukan soal ukuran baroque atau bulat
apalagi tentang warna, Bukan ...

ini tentang sesuatu yg tak bisa kujelaskan
sesuatu yang nyata tapi kasat dimata
seperti bunglon diatas dedaunan
tak terlihat tapi dia ada disana

Ah sudahlah yg pasti kau amat berarti

*

Untuk mendapatkan mutiara
aku harus menjemputmu jauh didasar
aku menyelam, dalam semakin dalam
nafasku senggal
paru" ku kerut
aku berbalik naik keatas
keluar menarik nafas kembali

Aku menyelam lagi
dalam semakin dalam
telingaku berdenyut akut
hidungku mual
cairan merah siap mennuggu hijau
aku berbalik keatas
keluar menghisap oksigen

1,2 kali kuhisap

3 kali kuhirup

Hingga mataku tertuju ke poster kuning merah marun
sejak kapan logo klub kesayanganku ada dilautan ?
apa aku bermimpi ?

hingga suara ketukan pintu menjawab tanyaku

"Engkau tak sadarkan diri, ini kamarmu. kemarin lautan mengujimu . Itsirahatlah sejenak"

---

[sebelum menyelam lagi, aku sempat dihantui oleh keraguan. Apakah aku harus menyelam kembali?, Apakah lautan menerimaku?, Apakah ikan-ikan menyukai kedatanganku atau sebaliknya menyerang dan meracuniku?. Entahlah, akan kucari tau sendiri, decompression sicknesspun kutak peduli!)


**

Aku menyelam kembali
dalam semakin dalam
peralatan lengkap dan tekad menemani
wujudmu mulai terlihat
kilaumu terpancar mengintip keluar
pelan-pelan ku mendekat
kupandangi
hingga senyum manismu menyapaku

Oh tuhan, ciptaanmu memang indah.

Izinkan aku memilikinya!

perlahan-lahan tanganku bergerak menggapaimu
sekillat bayangan putih melintas cepat
seketika itu juga mutiara jatuh tak terelakan

Astaga!

Ini Bukan Mutiara !
Hanya sebongkah karang kecil dikelilingi serpihan mutiara hitam.

Kecewa tapi semua terjawab!

***

Akhirnya ku pulang hanya membawa harapan.
Harapan baru tuk menemukan mutiara yang sesungguhnya :)

Palembang, 12 Mei 2016